MAKALAH PENGERTIAN AQIDAH DAN RUKUN IMAN

adsense 336x280



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Beragama adalah suatau bentuk keyakinan manusia terhadap berbagai hal yang diajarkan oleh agama yang dianutnya. Beragama berarti meyakini secara bulat terhadap pokok-pokok ajaran dan keyakinan sebuah agama, oleh karena itu tidak ada manusia yang mengaku beragama tanpa ia meyakini apa-apa yang ditetapkan oleh agama tersebut.
Dalam agama islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun iman,terdiri dari enam pilar, keenam pilar tersebut adalah keyakinan islam terhadap hal-hal ghaib yang hanya diyakini secara trasendental, sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang diluar daya nalar manusia. Rukun iman ini terdiri dari: 1. Iman kepada Allah, 2. Iman kepada Malaikat, 3. Iman kepada Kitab, 4. Iman kepada Rasul, 5. Iman kepada Hari Akhir, 6. Iman kepada Qadha dan Qadar.
Oleh karena itu, penulis akan mengkaji  berbagai hal yang menyangkut enam pilar keimanan tersebut.


B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Aqidah?
2. Apa yang dimaksud iman kepada Allah?
3. Apa yang dimaksud iman kepada malaikat?
4. Apa yang dimaksud iman kepada kitab?
5. Apa yang dimaksud iman kepada rasul?
6. Apa yang dimaksud iman kepada hari akhir?
7. Apa yang dimaksud iman kepada takdir? 


C. Tujuan 

1. Mengetahui pengertian Aqidah.
2. Mengetahui pengertian iman kepada Allah.
3. Mengetahui pengertian iman kepada malaikat.
4. Mengetahui pengertian iman kepada kitab.
5. Mengetahui pengertia iman kepada rasul.
6. Mengetahui pengertian iman kepada hari akhir.
7. Mengetahui pengertian iman kepada takdir.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Etika secara umum
1. Pengertian etika
Etika berbeda dengan etiket. Etika adalah kajian ilmiah terkait dengan etiket atau moralita. Etiket secara sederhana dapat diartikan sebagai aturan kesusilaan / sopan santun. Etika berasal dari bahasa yunani, ethos artinya watak kesusilaan atas adat. Kata etika dan moral memiliki arti yang sama, namun dalam pemakaian sehari hari dua kata ini digunakan secara berbeda. Moral digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai yang ada.
2. Aliran-aliran besar etika
a. Etika Deontologi
Etika ini memandang bahwa tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika deontologi tidak mempersoalkan akibat dari tindakan tersebut baik atau buruk.
Contoh: Bukan karna hasil atau adanya tujuan tertentu yang akan diraih, namun karna secara moral, setiap orang sudah memahami bahwa korupsi adalah tindakan yang dinilai buruk.
b. Etika teleologi 
Pandangan etika teleologi berkebalikan dengan etika deontologi, yaitu bahwa baik buruk suatu tindakan dilihat berdasarkan tujuan atau akibat dari perbuatan itu. 
Contoh: Kewajiban menggunakan helm bagi pengendara motor tidak dapat dipenuhi karna lebih fokus pada tujuan yaitu mencari keselamatan.
                                      
   Etika teleologi digolongkan menjadi 2 yaitu egoisme etis dan utilitarianisme 
1. Egoisme etis memandang bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang berakibat baik untuk pelakunya.
2. Utilitarianisme menilai bahwa baik buruknya suatu perbuatan tergantung bagaimana akibatnya terhadap banyak orang.
c. Etika keutamaan 
Etika ini tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, tidak juga mendasarkan pada penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal, tetapi pada pengembangan karakter moral pada diri setiap orang. Orang tidak hanya melakukan tindakan yang baik melainkan menjadi orang yang baik.

B. Etika Pancasila 
Aktualisasi pancasila sebagai dasar etika, tercermin dalam sila-silanya, yaitu :
Sila pertama: menghormati setiap orang atau warga negara atas berbagai kebebasannya dalam menganut agama dan kepercayaannya. Masing-masing, serta menjadikan ajaran-ajarannya sebagai panutan untuk menuntun maupun mengarahkan jalan hidupnya.
Sila kedua: menghormati setiap orang dan warga negara sebagai pribadi (persona) “utuh sebagai manusia”,manusia sebagai subjek pendukung,penyangga, pengemban serta pengelola hak-hak dasar kodrati, merupakan suatu keutuhan dengan eksistensi dirinya secara bermartabat.
Sila ketiga: bersikap dan bertindak adil dalam mengatasi segmentasi-segmentasi atau primordialisme sempit dengan jiwa dan semangat “Bhineka Tunggal Ika”, yaitu bersatu dalam perbedaan dan perbedaan dalam persatuan.
Sila keempat: kebebasan, kemerdekaan,kebersamaan, dimiliki dan dikembangkan dengan dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan secara jujur dan terbuka dalam menata berbagai aspek kehidupan.
Sila kelima: membina dan mengembangkan masyarakat yang berkeadilan sosial yang mencakup kesamaan derajat (equality) dan pemerataan (equity) bagi setiap orang atau warga negara.
Etika pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai pancasila, yaitu nilai keutuhan,kemanusiaan,persatuan,kerakyatan dan keadilan.

C. Bidang Etika Politik 
1. Pengertian etika politik
Sebagai salah satu cabang etika, maka etika politik termasuk dalam lingkungan filsafat. Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis manusia adalah etika. Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoretis, untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab. Tugas etika politik membantu agar pembahasan masalah-masalah ideologis dapat dijalankan secara objektif.
Legistimasi kekuasaan meliputi:
a.legitimasi etis, pembenaran atau pengabsahan wewenang negara (kekuasaan negara) berdasarkan prinsip-prinsip mora;
b.legitmimasi legalitas, keabsahan kekuasaan itu berkaitan dengan fungsi-fungsi kekuasaan negara dan menuntut agar fungsi-fungsi itu diperbolehkan dan dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku.


B.Pengertian Iman Kepada Allah
Rukun iman yang pertama ialah iman kepada allah s.w.t. iman kepada Allah s.w.t. adalah yang paling pokok dan mendasari seluruh ajaran islam, dan ia harus diyakinkan dengan ilmu yang pasti seperti ilmu yang terdapat dalam kalimat syahadat “laa ilaaha ilallah”. Qur’an sebagai sumber pokok ajaran islam telah memberikan pedoman kepada kita dalam mengenal Allah s.w.t. Demikian pula dikemukakannya bukti-bukti yang pasti tentang kekuasaan-Nya bersama seluruh sifat keagungan-Nya. Bahwa Allah s.w.t. adalah zat yang Mahasuci,suci daripada sifat yang serupa dengan alam. 

Konsep ketuhanan menurut Qur’an berdasarkan atas firman Allah s.w.t.:
                      •     
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."


C. Pengertian Iman Kepada Malaikat 

Iman kepada Malaikat adalah masalah akidah yang kedua sesudah iman kepada Allah s.w.t. pengetahuan kita tentang malaikat hanya semata-mata berdasarkan Qur’an dan keterangan-keterangan Nabi. Para Malaikat termasuk persoalan alam gaib, tidak bersifat material namun sebagai tabiatnya bahwa dia dia dapat menjelma kealam material. Kita wajib beriman kepada para malaikat oleh karena Qura’an dan nabi memerintahkannya, sebagaimana wajibnya beriman kepada Allah dan para Nabi-Nya.

a. Sifat-sifat Malaikat,Qur’an menerangkan bahwa mereka adalah hamba Allah yang mulia tidak pernah durhaka, tidak maksiat dan tidak pernah menentang perintah Allah. Mereka tidak butuh makan dan minum, selalu taat terhadap segala perintahnya Allah yang diamanatkan kepadanya.
b. Tugas Malaikat
Bertugas menyampaikan wahyu-wahyu Allah kepada para Nabi dan Rasul, seperti tugas Jibril a.s. kemudian ada yang bertugas mengurusi rezeki para makhluk; ada yang mencatat amal perbuatan manusia, yang baik dan yang buruk; dan ada yang mengurus pencabutan roh manusia. Begitu juga sebagian merekaitu mengurusi syurga dan neraka,dan memikul arasy.kemudian sebagaian bertugas menegakkan kemaslahatan serta kebutuhan-kebutuhan manusia. Masih banyak lagi tugas-tugas malaikat yang telah ditentukan Allah kepadanya, yang sama sekali tidak bersangkut-paut dengan urusan materi dan perihal hidup dan kehidupan insan di dunia.


D. Pengertian Iman Kepada Kitab-Kitab
Risalah Allah itu ialah wahyu-wahyu Allah kepada para Rasul yang diutus kepada setiap bangsa dan umat manusia sepanjang sejarah. Rasul-rasul yang menerima wahyu-wahyu itu adalah manusia-manusia pilihan Allah diantara kelompok-kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri khas dan karakteristik dalam segi-segi rohaniah dan jasmaniah wahyu-wahyu yang diterima oleh para Rasul itulah yang dinamai Shuhuf” atau “Kitab”. Setiap Rasul yang diutus Allah kepada manusia,dipersenjatai dengan kitab. Kitab itulah yang menjadi pedoman pemimpin baginya,dan kitab itulah menjadi kamus atau undang-undang buat manusia yang dipimpinnya.    
Maka kita wajib beriman kepada kitab-kitab Allah, menjadi salah satu dari rukun iman. Wajib beriman kepada kitab-kitab Allah yang pernah diturunkan kepada para Rasul-Nya; sebagaimana sistem iman kepada para Rasul, maka pengingkaran kepada salah satu kitab Allah, sama artinya pengingkaran terhadap seluruh kitab Allah. Dan mengingkari kitab Allah, sama pula artinya mengingkari kepada para Rasul,para Malaikat dan kepada Allah sendiri. Jumlah kitab-kitab itu tidak pernah disebut angkanya dalam Qur’an. Akan tetapi nama kitab-kitab yang sampai kepada kita terbatas. Kita hanya mengetahui sebagaimana yang tersebut dalam Qur’an dan yang diberitakan oleh Nabi. Mengenai kitab agama lain, kita tidak dapat mengtakan dengan tegas bahwa kitab-kitab itu adalah palsu seluruhnya, apakah diantara ayat-ayatnya adalah firman Allah,Qur’an sebagai standar untuk menilainya. Bila ada persamaannya dengan ayat-ayat Qur’an, maka dapat  diduga bahwa ayat-ayat dari kitab-kitab itu mungkin firman Allah.

a.) Jumlah kitab yang kita ketahui:
Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s.
Kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s.
Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s.
Kitab Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.


E. Pengertian Iman Kepada Para Rasul
Para Rasul berkewajiban menyampaikan risalah dan wahyu yang diterimanya itu kepada manusia. Karena itulah iman kepada Rasul berarti mempercayai bahwa Allah telah memilih diantara manusia menjadi utusan-utusan-Nya dengan tugas risalah kepada manusia sebagai hamba-hamba Allah dengan wahyu yang diterimanya dari Allah s.w.t. untuk memimpin manusia kejalan yang lurus dan untuk keselamatan dunia dan akhirat. Sesungguhnya mereka adalah manusia-manusia biasa juga. Selaku manusia,maka mereka memiliki sifat-sifat kemanusia yang umum seperti: makan,minum,tidur,berumah tangga,nikah,hidup dan bergaul dalam masyarakat,kemudian mati. Selanjutnya merekapun berkata-kata dan berbicara menurut bahasa dari bangsa atau umat dimana mereka diutus. Hanya saja bahwa para Rasul itu diberikan sifat-sifat khas, merupakan keistemewaan mereka melebihi daripada manusia biasa. Sebagai mana seorang pemimpin dalam suatu pergerakan atau dalam suatu organisasi, sudah barang tentu dia harus memiliki banyak keistimewaan dibandingkan dengan para anggota lainnya. Mereka adalah teladan utama. “uswatun hasannah” bagi manusia. Para rosul hakikatnya adalah rahmat ilahi yang dianugrahkan kepada manusia. Maka sepanjang sejarah manusia dan dari segala bangsa, Allah telah mengutus Rasul untuk memimpin manusia kejalan yang benar.
a. Tugas Rasul
Tugas para rasul tugas rohaniah,misi spiritual. Mereka bertugas memimpin manusia untuk mengenal Tuhannya.
Bertugas mengajar manusia tentang akidah dan ibadah menurut garis Allah. Menuntun manusia dalam hidup duniawi menyucikan rohaniahnya.
b. Empat sifat para Rasul
Pertama,sifat benar.
Kedua kepercayaan atau amanah.
Ketiga menyampaikan atau tablig.
Keempat sifat kecerdasan.


F. Pengertian Iman Kepada Hari Akhir
Iman kepada hari akhir adalah masalah yang paling berat dari segala macam akidah dan kepercayaan manusia. Mempelajari keyakinan manusia tentang masalah hidup kembali sesudah mati atau hakikat kehidupan manusia sesudah rohnya berpisah dengan jasmaninya, ada tiga pola keyakinan : pertama, kelompok manusia yang pola kepercayaannya menganggap bahwa apabila manusia telah mati,maka sejarah hidupnya telah tamat pula. Kedua, kelompok manusia yang mempunyai pola kepercayaan bahwa apabila manusia telah mati maka ia mengalami kehidupan baru kembali (reinkarnasi). Ketiga, kelompok manusia yang mempunyai pola kepercayaan tentang adanya hari akhir. Ia adalah tumpuan tujuan akhir dari seluruh perjalanan sejarah manusia. 
Dengan demikian, iman yang kelima ini,iman kepada hari akhir mempunyai nilai yang sangat tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia di dunia. Ia menunjukkan bahwa kehidupan duniawi ini ada artinya, bukan hidup yang sekedar hanya hidup dan sesudah itu lalu mati dan tidak punya kelanjutannya lagi. Seluruh amal perbuatan manusia tidak akan sia-sia.



G. Pengertian Iman Kepada Qadha dan Qadar
Iman kepada qadha dan qadar adalah tiang iman yang ke enam atau rukun iman yang terakhir. Qadha dan Qadar dalam pembicaraan sehari-hari adalah takdir. Kita wajib percaya bahwa Allah lah yang telah menciptakan segala sesuatu dan bahwasannya allah telah menentukan segala sesuatu sebelum dia menciptakan segala kejadian dan mengatur segala yang ada dengan pengetahuan,ketentuan,kebijaksanaan dan ketentuanNya. Adapun segala yang dilakukan manusia itu semuanya atas Qada dan Qadhar Nya. Sedangkan manusia hanya dapat berikhtiar.



          BAB III
         PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aqidah dalam kehidupan umat muslim perlu kita pelajari dan amalkan. Akidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati,dapat mendatangkan ketentraman jiwa dan menjadi keyakinan yang tidak tercampur dengan keraguan-keraguan. Sedangkan iman menerut pengertian sesungguhnya ia lah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan,tidak bercampur syak dan ragu serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup.
3.2 Saran
Demikianlah makalah tentang pokok aqidah dan rukun iman. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.




BAB IV
 DAFTAR PUSTAKA

Razak, Nazaruddin. 1973. Dienul Islam. Bandung: PT Alma’arif
Mubarok, Amin. 2015. Himpunan Putusan Tarjih. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
Hadhiri SP, Choiruddin. 20005. Klasifikasi Kandugan Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani/
adsense 336x280

1 Response to "MAKALAH PENGERTIAN AQIDAH DAN RUKUN IMAN"